
Kajian Ust Sonai, 1 Nov 2018
Kamis, 1 November 2018
*KH. Sona’i Abdurrohman, Lc
Bagian 1
Oleh : Three (Trihandajani Soekarno,_ _trihandajanibagus@gmail.com)_
Bismillaahirrohmanirrohiim,
Semakin pandai kita mensyukuri nikmat, maka Alloh akan membimbing kita menuju nikmat yang lebih besar yakni husnul khotimah. Inilah sebesar-besarnya nikmat, sebab kehidupan yang sebenarnya bukanlah di dunia ini tapi di akhirat. Kehidupan di dunia ini dibatasi oleh Alloh dengan dicabutnya ruh, setelah itu barulah kita memulai kehidupan yang sebenarnya. Jatah umur, cara, waktu & tempat orang mengakhiri umurnya berbeda-beda. Walaupun mati dalam keadaan yang sama, misal dalam peristiwa kecelakaan jatuhnya pesawat tapi cara meninggalnya berbeda-beda, tergantung pada kebiasaan masing-masing selama masih hidup. Maka biasakan melakukan kebiasaan yang benar agar dengan kebiasaan itu nanti kita dimatikan. Orang yang semasa hidupnya biasa meneriakan kalimat “Allaahu Akbar” maka mudah-mudahan ketika ia meninggal juga tanpa diajari, tanpa disuruh ia akan teriak yang sama karena diperlihatkan oleh Alloh ada malaikat turun dari langit sambil membawa kain kafan dan wangi-wangian dari surga, lalu datang malaikat maut, maka ia berteriak “Allohu Akbar”. Tapi jika tidak pernah berteriak “Allaahu Akbar” apalagi membenci kalimat tersebut maka akan susah mengucapkan itu. Bagi orang yang biasa melafadzkan kalimat “Laa ilaha ilallaahu” maka akan mudah mengucapkannya pada akhir hidupnya tapi jika tidak biasa maka di talkin bagaimanapun akan susah, berat mengucapkannya. Pada saat kematian datang Alloh membuka tabir hijab pandangannya sehingga ia bisa melihat kehadiran malaikat maut. Ketika malaikat ini mengatakan “wahai jiwa yang tenang keluarlah dari jasadmu” dia akan keluar dengan mengucapkan kalimat “laa ilaha ilallaahu, Muhammadurrosulullaahu”. Tersenyum, bahkan ada yang tertawa, dahinya mengeluarkan keringat, inilah ciri-ciri husnul khotimah. Itulah nikmat yang paling besar yang kita dapatkan atas bimbingan Alloh, maka biasakanlah melafadzkan kalimat-kalimat tauhid.
Begitupun dengan pekerjaan kita, biasakanlah melakukan hal-hal yang baik karena Alloh akan menutup hidup seseorang sesuai dengan pekerjaannya. Maka jika seseorang suka nyinyir, suka menghina, mencaci maki, nanti meninggalnya juga pada saat mencaci maki – sedang marah yang luar biasa tiba-tiba terkena serangan jantung lalu meninggal. Perhatikan, berhati-hatilah jangan sampai kita mati ketika sedang bertengkar dengan suami. Sering-seringlah berlindunglah kepada Alloh jangan sampai kesal pada suami. Sebab ketika seorang istri meninggal pada saat sedang bertengkar dengan suaminya, maka si istri tidak akan dihisab lagi, tempatnya di neraka.
Alloh akan mematikan seseorang sesuai dengan amalan/kebiasaan/pekerjaannya, bagi orang-orang yang rajin tilawah Qur’an atau sholat dhuha atau sholat malam nanti Alloh akan akhiri hidupnya dalam kebiasaan-kebiasaan itu. Kita mengetahui kebiasaan hidup seseorang itu pada saat ia meninggal. Ada orang yang dikenal rajin ibadahnya tapi pada saat meninggal, meninggalnya di pasar, ko bisa ? Ternyata ia mempunyai hobi belanja. Makanya jangan jadikan belanja sebagai hobi, khawatir Alloh mengakhiri hidup kita pada saat belanja. Pandai-pandailah kita mensyukuri nikmat Alloh dibarengi dengan ibadah maka Alloh akan membimbing kita menuju husnul khotimah. Sampai pada akhirnya kita diberi nikmat paling besar yaitu bertemu dengan Alloh, itulah nikmat paling besar, dunia dan seisinya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan nikmat ini. Oleh karena itu syukurilah sekecil apapun nikmat yang Alloh berikan, jangan hanya mensyukuri nikmat yang besar. Sebab, kadang Alloh menguji kita dengan nikmat. Kita menyangka bahwa ujian itu hanya berupa kesulitan, padahal nikmat juga adalah bentuk ujian, makanya syukuri. Apa yang dilakukan oleh nabi Sulaiman AS, ketika beliau mendapatkan nikmat yang besar, dengan tegas beliau mengatakan “Hadza min fadzli Robbii” yang artinya “Ini semua karunia dari Tuhanku”, “A asysykuru ana am akfur ?” “Apakah saya termasuk orang yang bersyukur atau mengingkari nikmat ini?”. Nabi Sulaiman sampai mengatakan seperti itu padahal yang beliau terima adalah nikmat, apalagi jika yang beliau terima adalah berupa kesulitan”.
Saidati A’isyah masih berusia belia ketika dinikahi oleh Rosulullaah SAW, tetapi setelah hijrah barulah hidup bersama Rosulullaah. Sebelumnya Rosulullaah memiliki istri yaitu saiduna Kjodijah dan memiliki beberapa anak dari beliau. Selama menikah dengan saidati Khodijah, beliau Rosulullaah tidak tertarik dengan wanita lain dan tidak tertarik untuk menikah lagi. Setelah Khodijah wafat barulah Rosulullaah menikah lagi, itupun atas perintah Alloh bukan mengikuti hawa nafsu tapi semata-mata untuk syiar, dakwah agar Islam diterima pada kabilah/komunitas dimana salah satu wanitanya dinikahi oleh Rosulullaah.
Pada tahun ke 4 menjelang tahun ke 5 hijriyah, setelah sebelumnya Rosulullaah dan kaum muslimin diuji dengan berbagai macam peperangan. Pada perang Badar, jumlah pasukan Rosulullaah hanya 313 orang, pada tahun ke-2 hijriyah. Tetapi dengan ìzin Alloh berhasil mengalahkan 1.000 orang pasukan musuh. Berikutnya perang Uhud, jumlah kaum musyrikin sebanyak 3.000 orang melawan 700 orang kaum muslimin (yang awalnya 1.000 orang, lalu yang 300 orang mundur dibawah pimpinan Abdullaah bin Ubay bin Salul tokoh munafik). Perang Uhud dibagi menjadi 3 sesi. Sesi pertama : kaum muslimin menang. Sesi ke-2, kaum muslimin kalah disebabkan “pengkhianatan” dari para pemanah yang sebelumnya sudah dinasehati oleh Rosulullaah bahwa apapun yang terjadi di bawah walaupun dalam kondisi menang, ke-50 orang pemanah ini dilarang ikut mengambil harta rampasan ataupun bila kaum muslimin di bawah kalah, pemanah dilarang turun walau dengan alasan ingin membela, sebelum ada perintah dari Rosulullaah. Tapi sebelum ada perintah, mereka sudah turun untuk mengambil harta rampasan perang sehingga kesempatan ini dimanfaatkan oleh Kholid bin Walid dan Ikrimah bin Abi Jahal. Pada akhirnya kaum musyrikin menguasai gunung ini. Pada awalnya gunung Uhud bernama Jabal ‘Ainain atau gunung dengan 2 mata air tetapi setelah peristiwa Uhud diganti menjadi Jabal Rummat, artinya gunung para pemanah. Sisi kanan dikuasai oleh Kholid bin Walid dan di sisi kiri oleh Ikrimah bin Abi Jahal. Kaum muslimin kalah, 70 orang syuhada dimakamkan di gunung Uhud. Rosulullaah kembali ke Madinnah ternyata ada fitnah-fitnah yang berkembang mengenai kekalahan kaum muslimin ini. Akhirnya perang Uhud memasuki sesi ke-3 Rosulullaah dengan kecedasannya dan dengan petunjuk dari Alloh SWT mengumumkan kepada sisa-sisa tentara dari perang Uhud ini untuk kembali dan melakukan serangan balik kepada kaum musyrikin. Sepuluh mil dari Madinnah Rosulullaah dan pasukannya membangun tenda-tenda. Di malam hari Rosulullaah menyalakan api unggun sampai datanglah seseorang bernama Ma’bad bin Ma’bad Al Huza, ia melihat tenda dan api unggun yang banyak, tanpa ia cek terlebib dahulu, ia langsung memacu kudanya dengan kecepatan tinggi menuju ke Mekkah, sampailah ia di tempat dimana orang-orang musyrik sedang berpesta pora atas kemenangan di perang Uhud. Ma’bad bertemu dengan Abu Sufyan, ia menyuruh kepada Abu Sufhan untuk segera meninggalkan tempat tersebut karena Muhammad dan kaum muslimin akan menyerang mereka dengan berpuluh-puluh ribu pasukan (padahal faktanya hanya 700 orang – 70 orang syuhada yaitu hanya 630 orang pasukan saja). Maka lari terbirit-biritlah kaum musyrikin. Berita ini sampai juga ke telinga Abdullaah bin Ubay. Tiga hari kemudian Rosulullaah kembali, beliau mendirikan tenda di daerah bernama Hamroul Asad dari hari Senin, Selasa dan Rabu. Sekembali ke Madinnah beliau disambut oleh kaum muslimin.
*Peristiwa Bi’rul Maunah*
Rosulullaah mempercayai suku Udol dan Qoro yang meminta dikirimi da’i. Rosulullaah mengirimkan 7 orang da’i yang kemudian dibunuh semuanya oleh kedua suku ini. Selang beberapa bulan berikutnya Rosulullaah didatangi oleh perwakilan dari salah satu suku di sana yaitu bani Amr, yang meminta kepada Rosulullaah untuk mengirim da’i untuk dikirim ke daerah Najd. Waktu itu Najd sudah siap masuk Islam tapi mereka belum mengerti cara melaksanakan syariat dengan baik sehingga perlu bimbingan. Dikirimlah 73 orang da’i oleh Rosulullaah tapi lagi-lagi dikhianati. Disergap di satu tempat. Mereka dibunuh kecuali 2 orang. Di tengah jalan satu orang tertangkap dan dibunuh dan yang satu lagi berhasil lolos sampai ke Madinnah. Sebelum masuk ke kota Madinnah ia melihat ada 2 orang musyrikin, ia menyangka bahwa kedua orang musyrikin ini musuhnya, lalu ia pun membunuhnya dari belakang. Laporan ini sampai kepada Rosulullaah lalu beliau melakukan investigasi. Ternyata, 2 orang musyrikin ini memiliki ikatan perjanjian dengan Rosulullaah, akhirnya Rosulullaah mengeluarkan keputusan untuk membayar diyat bagi mereka dengan nilai diyat yang sangat tinggi yaitu sebanyak 200 ekor unta. Karena kurang biayanya Rosulullaah meminta bantuan kepada bani Nadzir yang berakibat bani Nadzir ini terusir, karena setelah Rosulullaah meminta bantuan ternyata diantara bani Nadzir ini ada yang ingin membunuh Rosulullaah.
Tahun berikutnya terjadilah perang bani Mustholak/bani Mustholik, awalnya Rosulullaah mendengar kabar bahwa bani Mustholik ingin melancarkan serangan ke Madinnah karena melihat keberadaan Rosulullaah akan mengganggu keberlangsungan hidup mereka. Di bawah pimpinan Haris bin Diror mengumumkan perang, lalu Rosulullaah pun mengumumkan perang kepada mereka. Rosulullaa h membawa istrinya yaitu ‘Aisyah RA dan orang-orang munafik juga turut serta di dalam peperangan ini sebab mereka menganggap ini sebagai kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang besar karena mereka melihat Rosulullaah selalu memenangkan peperangan dan mendapatkan ghonimah yang banyak. Dalam hadist riwayat Muslim, ketika selesai peperangan bani Mustholak, karena banyak mendapat tawanan wanita dari bani Mustholak, kemudian Rosulullaah menghadiahkan kepada beberapa orang pasukannya. Diantara mereka ada yang bertanya kepada Rosulullaah “Yaa Rosulullaah bagaimana hukum azl?”. Di dalam fikih diketahui bahwa ternyata, Rosulullaah mengeluarkan hukum azl itu ketika peristiwa bani Mustholak, tahun 4 masuk tahun ke 5 hijriyah, jadi bukan sejak awal. Apakah azl itu ? Salah satu sistem KB, dengan cara mengeluarkan sperma di luar. Rosulullaah membolehkan, tapi beliau menambahkan “Tapi ketahuilah bahwa tidak ada nyawa/ruh yang sudah ditentukan oleh Alloh untuk hidup kecuali ia hidup sampai hari kiamat”. Artinya ruh itu sudah ditetapkan oleh Alloh, jika Alloh menyatakan seseorang itu punya anak, maka ia akan puny anak, pun sebaliknya, dengan cara apapun ia tidak akan memiliki anak. Maka ulama fikih sepakat bahwa hukum azl ini dikeluarkan oleh Rosulullaah pada saat peristiwa bani Mustholak.
Dalam peristiwa Mustholak ini, mereka bertemu di salah satu lembah yang bernama Al Muroisi’, terjadi peperangan sengit. Dengan izin Alloh, Rosulullaah berhasil memenangkan peperangan dengan sangat mudah. Selesai peperangan dan Rosulullaah hendak beristirahat, beliau mendapat laporan dari saiduna Umar bin Khothob bahwa di Al Muroisi’ ada sumur dan di situ kumpul beberapa sahabat (karena ketika mereka hendak beristirahat pada malam itu mereka dalam keadaan berpencar dan Rosulullaah berada jauh dari sumur tersebut). Di dalam Thobaqot nya Ibnu Sa’at dan Ibnu Hisyam, diterangkan bahwa ada pelayannya Umar bin Khothob bernama Ja’ ja’ bin Sa’ad Al Ghifari bertengkar dengan orang Madinnah yang bernama Sinan bin Waber Al Jahni. Para ulama siroh menduga bahwa Sinan ini adalah anak buah dari Abdullah bin Ubay bin Salul tokoh munafik. Mereka berdua bertengkar sampai keduanya saling berkata kotor. Di dalam siroh disebutkan bahwa sinan itu meminta bantuan kepada orang-orang Madinnah. Ia berteriak “yaa ahlah Madinnah”. Ja’ ja’ pun sama, ia berteriak “yaz ahlu Makkah/yaa muhajirin”. Lalu Abdullaah bin Ubay pun datang, tetapi bukan untuk mendamaikan tetapi malah memanas-manasi. Ia mengeluarkan kata-kata yang kemudian diabadikan oleh Alloh di dalam QS Al-Munafiqun ayat 8, untuk menjadi peringatan bagi ummat yang datang kemudian. Sinan berkata “Abdullaah, lihatlah kelakuan orang-orang Mekkah itu, ini sudah tidak dapat dibiarkan karena mengancam persatuan”. Abudullaah bertanya “apakah betul mereka melakukan hal semacam itu ?” “jumlah mereka sekarang ini sudah melampai jumlah kita di negeri kita, tanpa kita sadari jumlah/kekuatan mereka sudah melampaui jumlah/kekuatan kita di negeri kita sendiri”. Hingga keluar kalimat “samin kalbaka ya’kulka” yang berarti “beri kenyang anjingmu karena dia akan menggigitmu”. Jadi diibaratkan oleh Abdullaah bin Ubay bin Salul orang Madinnah seperti memberi makan anjing, begitu si anjing ini sudah kenyang lalu ia menggigit. Yang diibaratkan dengan ‘anjing’ ini adalah orang Quroisy/Mekkah.
*Mencerdaskan Ummahat-Menyelamatkan Ummat*
*#UmmahatMelahirkanPeradaban#*