MT Azzahro : Tazkiatun-Nafs Lanjutan (Mengkaji Kitab karya Ibnu Qayyim Al-Jauzi)

Kamis, 15 November 2018
Ust. Syamsu Rizal
Tema : Tazkiatun-Nufs Lanjutan (Mengkaji Kitab karya Ibnu Qayyim Al-Jauzi)
Oleh : Three (Trihandajani Soekarno, trihandajanibagus@gmail.com)

Bismillahirrohmanirrohim,

Para ulama sholih terdahulu menyebut bahwa tingkat kebutuhan manusia terhadap ilmu “Kebutuhan manusia terhadap ilmu melebihi kebutuhannya terhadap makanan dan minuman”. Maka, ternyata ilmu adalah kebutuhan yang paling pokok, paling primer (mengalahkan kedudukan makanan dan minuman). Ilmulah amalan yang paling pokok/mendasar yang menjadi sebab berharganya anak Adam, yang menjadi kemuliaan dirinya, penjagaan bagi kebaikan ruhiyahnya. Tanpa menafikan unsur jasadiyahnya, namun terkadng para ulama pun menyebutkan ketika ada jasad yang masih hidup tapi jauh dari peringatan Alloh/ilmu agama, mereka sering disebut sebagai bangkai yang berjalan di atas muka bumi, naudzubillaah. Fungsi ilmu adalah sebagai penyubur, penguat dan pengokoh dari anggauta tubuh kita yang utama yaitu hati. Maka pembahasan kita kali ini masih membahas tentang hati yaitu :

Alamatu Al Qolbin Salim (Tanda-tanda Hati Yang Bersih/Selamat/Sehat/Tidak Berpenyakit)
Majelis ilmu/ta’lim adalah kesempatan kita untuk mengkaji ayat-ayat Alloh dan hadist-hadist Rosulullaah. Maka bila hadir di majelis ilmu/ta’lim, Imam Syafii mengatakan bahwa “ilmu adalah seperti binatang buruan dan pengikat yang paling kokoh adalah dengan cara dicatat”. Imam Syafii juga menyebutkan bahwa mencatat ilmu itu ada 2 metode, yaitu dengan cara ditulis atau mencatatnya di hati.
– Rosulullaah bersabda “Ketahuilah bahwa sesunggunya di dalam tubuh manusia ada segumpal daging, yang jika daging tersebut dalam keadaan baik maka baik pula seluruh amalan anggota tubuhnya namun jika daging tersebut rusak maka binasa pula seluruh amalan anggota tubuhnya, maka ketahuilah sesungguhnya segumpal daging tersebut adalah hati”. Para ulama mengatakan “Barangsiapa yang tidak punya perhatian besar terhadap kondisi hatinya maka ia akan menjadi orang-orang yang binasa”. Tapi pada kenyataannya, manusia lebih banyak memperhatikan keadaan fisiknya/jasadnya daripada kepada hatinya. Ketika lebih memperhatikan keadaan fisik, tatkala dingatkan tentang kebaikan ia mengambil perkataan yang haq namun ditujukan untuk kebathilan, seenaknya ia mengatakan “ Yang penting hatinya baik”, padahal tidak ada tanda-tanda kebaikan/kebersihan hatinya yang tercermin di dalam amalan anggauta tubuhnya yang nampak terlihat. Kaidahnya, cerminan dari hati yang baik akan menumbuhkan seluruh ucapan dan amalan anggauta tubuhnya yang baik pula.

Diantara tanda hati yang baik adalah yang selalu berhikmat kepada Alloh dan selalu merindukan hadirnya ketaatan sebagai bentuk kecintaan dan kerinduannya untuk bertemu dengan Alloh. Kecintaan dan kerinduan kepada Alloh adalah ketika sholat. Rosulullaah meyuruh sahabat Bilal bin Robbah untuk mengumandangkan azan dengan bersabda “ Yaa Bilal istiratkan kami dengan sholat”. Jadi dalam sholatlah jiwa seorang mukmin beristirahat. Bandingkan dengan sholat kita. Sholat adalah ibadah yang paling agung dari semua anggauta badan adalah sholat. Jarak terdekat antara seorang hamba dengan Alloh adalah ketika sujud di dalam sholat. Rosulullaah juga menyebutkan “ Dan telah dijadikan dalam diriku ketenangan, di dalam sholat.”

– Berkata Al-Mualif “Dan diantara tanda ketenangan hati, bahwasanya jika hati telah masuk ke dalam sholat, maka hilanglah kegelisahannya dan kesedihannya terhadap urusan dunia dan segala isinya lenyap dari bersemayam dalam hatinya, maka hati itupun mendapati istirahat dan kenikmatan di dalam sholat. Dan juga merasakan ketenangan jiwa (penyejuk hati) dan kebahagiaan hati”.

Mencerdaskan Ummahat-Menyelamatkan Ummat
Ummahat Melahirklan Peradaban

Share this...
Share on Facebook
Facebook
0Tweet about this on Twitter
Twitter
Print this page
Print