
Penyakit Hati dan Obatnya
Ust. Taufiqqurahman, Lc
Kamis, 21 Pebruari 2019
Tema : Penyakit Hati Dan Obatnya
by : Three (trihandajanibagus@gmail.com)
Bismillaahirrohmanirrohiim,
Ada banyak sekali penyakit hati tapi obatnya hanya satu : mencintai Alloh. Doa Rosulullaah “Allohumma a’ini a’la dzikriKa wa syukriKa wa husni ibadatiik” yang artinya “Yaa Alloh tolonglah aku untuk selalu berdzikir mengingatMu, bersyukur padaMu, dan memperbagus ibadah padaMu”. Berdzikir itu apakah cukup dengan mulut yang komat kamit ? Dzikir bukanlah hanya dengan mulut yang komat kamit, namun dzikir yang sebenarnya adalah dengan hadirnya hati menyertai ucapan lisan. Hal yang terpenting di dalam dzikir adalah meresapi bahwa betapa sayangnya Alloh kepada diri kita. Segala sesuatu yang kita miliki seluruhnya adalah datang dari Alloh. Alloh melimpahkannya kepada kita karena kasih sayangNya, karena sifat Alloh yang Maha Pengasih dan Penyayang. Kita tidak akan menikmati apapun : suami, anak, rumah, mobil, pekerjaan, kesehatan, dsb bila bukan karena kasih sayang Alloh yang melimpahkan nikmatNya untuk kita. Timbul kesadaran dalam diri kita bahwa tanpa kasih sayang Alloh kita tidak akan pernah memiliki apapun. Jika ini yang kita sadari maka kita akan amat berterima kasih, bersyukur kepada Alloh dan merasa amat bergantung kepadaNya. Timbullah cinta kepada Alloh.
Dzikir itu media untuk mengingat Alloh. Dzikir yang terbaik adalah sholat. Tapi sesungguhnya sholat itu bukan untuk mengingat. Sholat adalah ekspresi syukur kita kepada Alloh. Ketika sholat bayangkan oleh kita segala yang Alloh beri. Gagal disini, sakit semua, karena inilah ekspresi hati. Itulah kenapa Rosulullaah sholat sampai bengkak kaki beliau. Beliau sholat bukan untuk mengingat Alloh -karena sejatinya beliau mengingat Alloh dalam setiap keadaan- tapi ungkapan, ekspresi syukur beliau kepada Alloh – hal ini seperti yang beliau katakan kepada sayyidati ‘Aisyah RA. Maka ketika kita menjadi orang yang bersyukur, dzikir, sholat, puasa, sedekah adalah ekspresi syukur kita. Inilah yang benar. Karen ketika kita bersyukur, bagi kita Alloh menjadi besar dan yang selain Alloh menjadi kecil. Dunia menjadi kecil. Yang menjadi penyakit hati itu ketika cinta pada dunia, bukan pada Alloh. Bersyukur itu hanya bisa dirasakan ketika kita menyadari dengan sesadar-sadarnya bahwa kita tidak memiliki apa-apa, just nothing, zero. Ketika kita ada di titik ini maka terminalnya adalah “laa hawla wa laa quwwata illa billaah”. Orang seperti ini keinginan nya qobul tanpa ia berdoa, apa yang ia inginkan tanpa diminta oleh lisannya, akan diberi oleh Alloh. Karena orang yang seperti ini Alloh yang besar, dunia kecil baginya, maka dunia akan diberikan kepadanya oleh Alloh. Orang seperti ini pintu-pintu langit terbuka untuknya. Belum tentu sholatnya, ngaji, sodaqohnya banyak, tapi pasti Alloh kabulkan doanya. Kenapa ? Karena ibadahnya mungkin sedikit tapi berkelas. Jika kita menemukan orang seperti ini kita minta doa kepada nya. Tapi yang terpenting adalah jadikanlah diri kita menjadi orang yang seperti ini.
Risau itu datang ketika dunia ada di hati, ketika dunia yang membuat ia gembira. Penyakit hati adalah cinta dunia dan sembuhnya hati adalah dengan meletakkan cinta kepada Alloh di hati.
Apakah jika Alloh yang besar, dunia kecil, maka dunia harus ditinggalkan ? Tidak ! Karena
“Khoirunnaas anfa’uhum linnaas”, sibukkan diri kita untuk bermanfaat bagi orang lain. Apapun pekerjaan/posisi/jabatan/karier dunia kita, jadikan diri kita bermanfaat untuk orang lain. Jadikan ini sebagai landasan segala langkah. Menjadi pedagang, jadilah pedagang yang memberi manfaat jangan jadikan profit sebagai tujuan. Ketika manfaat kepada orang lain yang dikejar maka profit pasti didapat, berlaku sebaliknya.
Kita adalah hamba. Hamba adalah orang yang mengabdi, mengabdilah dengan segala yang kita miliki, bukan hanya dengan jalan ibadah (mahdoh dan ghoiru mahdoh) saja. Mengabdilah kepada Alloh dengan jalan menebar manfaat bagi orang lain, khususnya bagi ummat. Beribadahlah kepada Alloh sebagai hamba yang mengabdi, jangan jadikan ibadah untuk menggapai tujuan dunia, jika ini yang terjadi, maka inilah sumber penyakit hati. Beribadahlah sebagai hamba, inilah “dzikriKa wa syukriKa”.
Harta bukanlah tujuan tapi media untuk mendapatkan akhirat, bukan sebaliknya, menggunakan cara-cara menggapai akhirat hanya untuk mendapatkan harta : tahajjud untuk minta jabatan, sholat dhuha hanya demi rizki. Mengabdilah dengan sebenar-benar pengabdian, karena ketika seseorang mengabdi maka Alloh akan berikan fasilitas-fasilitasNya.
Orang yang bersyukur adalah orang yang tau siapa dirinya dan tau siapa Tuhannya. Akhirnya berkenalan, akhirnya cinta, terjadilah dialog. Kesombongan lah yang membuat kita tidak bisa menjadi orang seperti itu. Aslinya manusia adalah hamba dan merasa butuh kepada Alloh hanya kesombonganlah yang menghalanginya.
Ketika Alloh membuka media untuk hamba untuk bisa meminta segala sesuatu, kebanyakan manusia tidak memanfaatkan media ini. Kenapa manusia lebih yakin kepada manusia tapi tidak yakin kepada Alloh ? Memintalah kepada Alloh dengan seyakin-yakinnya. Yakin itu lahir dari kemantapan dan kepercayaan bahwa Alloh adalah Maha Pengasih. Ketika kita merasa sudah banyak berdoa seringkali kita mengeluh waktu doa-doa itu belum terjawab. Inilah bentuk ketidak yakinan. Kuburlah takabur dengan syukur. Bersyukurlah dalam setiap keadaan, ketika doa sudah dan belum terkabul. Agar bersyukur berdzikirlah, dzikir dengan sebenar-benarnya dzikir.
Dalam hidup ini, harta, kedudukan, nyawa hanyalah milik Alloh. Yang kita miliki hanyalah nothing, zero. Ketika kita berada pada kesadaran bahwa kita hanya memiliki nothing, zero maka dunia ini surga. Inilah jalur yang benar, karena dengan begini ketika Alloh melimpahkan harta yang banyak dan kekuasaan yang luas tidak akan pernah menjadi masalah. Orang paling banyak harta dan paling luas kekuasaannya (jumlah tentaranya sangat banyak diantaranya dari golongan jin, manusia, hewan dan angin) di dunia ini adalah nabi Sulaiman. Semua itu tidak membuat beliau kufur tapi malah amat bersyukur, beliau berdoa “Yaa Tuhanku anugerahkanlah aku petunjuk untuk tetap mensyukuri nikmatMu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada orang tuaku dan agar aku mengerjakan kebajikan yang Engkau ridho-i dan masukkanlah aku dengan rohmatMu ke dalam golongan hamba-hamba yang sholeh” (QS. Al-Ahqof ayat 15)
Penyebab hati kotor :
Cinta dunia
Dikatakan bahwa “Alam semesta ini memberikan kegelapan di hati manusia kecuali jika melihat Alloh di dalamnya”. Bersyukurlah kepada Alloh atas apapun di dunia ini, karena jika tidak maka dunia ini akan terasa gelap.
Ibadah itu fisiknya, hatinya dan persepsinya maka hanya dengan cara ini keberkahan akan hadir. Hakikat khusu’ itu takut, tunduk dan melihat kebesaran alloh.
Sholat itu ekpresi kesadaran atas kasih sayang Alloh, betapa Alloh amat menyayangi kita dan betapa sedikit sekali yang kita lakukan untuk bersyukur. Ketidaksanggupan untuk membalas kasih sayang Alloh itulah yang disebut syukur karena cinta kita kepada Alloh. Cinta adalah landasan, basic.
Ibadah kepada Alloh tanpa cinta adalah hambar. Sodaqoh itu tanda bukti cinta. Cinta butuh pembuktian. Tanpa bukti bukan cinta namanya. Cinta lah yang akan menyematkan seseorang di yaumil akhir kelak. Orang yang kenal, yakin dan mencintai Alloh, inilah orang yang masuk surga tanpa hisab.
Orang yang ridho dengan segala keputusan Alloh secara psikologis ia sehat, bahagia, orang seperti ini sulit untuk kesurupan karena tidak ada celah di hatinya untuk masuknya syetan.
Semoga bermanfaat.
Mencerdaskan Ummahat-Menyelamatkan Ummat